ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
Di
susu noleh : (IV A)
Agnes
AgustinaWidiaPutri (322970)
Sr.
Galuh Wijayanti. (322985)
Gregorius
Agung S. (322986)
Marga
Pratiwi (322993)
Mentary
Harindira (323000)
Akademi
Keperawatan Panti Rapih
Yogyakarta
2014
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi.
Demam berdarah dengue
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
DHF adalah demam khusus
yang dibawa oleh aedes aegypti dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan
terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
DHF adalah suatu
penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti (Seoparman, 1996)
Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan sejumlah virus
yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti.
Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan
gejala umum demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah suatu peyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2010).
Dari beberapa pegertian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
yag terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan nyeri sendi.
2.
Etiologi
Virus dengue sejenis
arbovirus.
Virus dengue tergolong
dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif.
Dengue 1 dan 2
ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3
dan 4 ditemukan saat wabah di Filiphina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk
batang, bersifat termoragil, sensitive terhadap in aktivitas oleh diatiter dan
natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 °C.
Keempat serotif
tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan
serotif yang paling banyak.
Nyamuk aedes aegypti
berbentuk batang, adapun cirri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah
a. Badan
kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup
di dalam dan sekitar rumah.
c. Menggigit
dan menghisap darah pada waktu siang hari.
d. Senang
hinggap pada pakaian yang bergantung di dalam kamar dan bersarang dan bertelur
di genangan air jernih seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
3.
Patofisiologi
|
![]() |


|
![]() |
|||
![]() |
|||
![]() |
Virus dengue akan masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan aedes aegyti dan kemudian akan bereaksi dengan
antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan
C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya
trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan menurunya factor koagulasi
(protrombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan
hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic.
4.
Tanda
dan gejala
a. Demam
tinggi selama 5-7 hari.
b. Mual,
muntah, tidak ada nafsu maka, diare, konstipasi.
c. Perdarahan,
terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis,
hematemesis, melena, hematuri.
e. Nyeri
otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
f. Sakit
kepala.
g. Pembengkakan
sekitar mata.
h. Pembesara
hati, limpa dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda
renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah.
5.
Klasifikasi
DHF diklasifikasikan
menjadi empat tingkat keparahan, dimana derajat III da IV dianggap DSS. Adanya
trombositopenia dengan disertai hemokonsentrasi membedakan derajat I dan II DHF
dari DF.
a. Derajat
I
Demam disertai dengan
gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat
II
Manifestasi klinik pada
derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti ptekie,
hematoma dan perdarahan dari tempat lain.
c. Derajat
III
Manifestasi klinik pada
derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi
berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin
dan penderita gelisah.
d. Derajat
IV
Manifestasi klinik pada
penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat
dengan ditandai tekanan darah tak terukur dan nadi tak teraba.
6.
Pemeriksaan
Diagnostik
a. Darah
lengkap
1) Trombosit
menurun
2) HB
meningkat lebih 20%
3) HT
meningkat lebih 20%
4) Leukosit
menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum
PH bisa meningkat
7) NA
dan Cl rendah
b. Serology
: uji HI (Hemaglutination inhibition test)
1) Rontgen
thorax : efusi pleura
2) Uji
tes tourniket (+)
7.
Penatalaksanaan
a. Pemberian
cairan yang cukup
Cairan yang diberikan
untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah.
b. Antipiretik
Seperti golongan
asetaminofen (parasetamo), jangan berikan golongan salisilat karena dapat menyebabkan
bertambahnya perdarahan.
c. Antikonvulsan
Bila penderita kejang
dapat diberikan : diazepam atau fenobarbital.
d. Pemberian
cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai
hematokrit cenderung meningkat.
e. Tirah
baring
f. Pemberian makanan lunak.
g. Monitor
tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, RR).
h. Monitor
tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Monitor
tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
j. Periksa
HB, HT dan trombosit setiap hari.
k.
Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM
yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini
muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil negatif bisa saja muncul mungkin karena
pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi
30-90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup.
IgM yang positif memiliki nilai diagnostik bila disertai dengan gejala yang
mendukung terjadinya demam berdarah. Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa
digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder.

8.
Komplikasi
a. Perdarahan
luas
b. Syok
hipovolemik
c. Pleural
Effusion
d. Penurunan
kesadaran
9.
Cara mencegah penyakit DHF
Pencegahan
penyakit DHF dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSM) yang
dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.
Kimia
Pengendalian secara
kimia antara lain dilakukan dengan dua teknik
1) Pengasapan/fogging (menggunakan malatyon
dan fenthion) yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu
tertentu.
2) Abathisasi atau pemberian bubuk abate
pada tempat – tempat penampungan air
seperti :tempayan, ember, vas bunga, kolam dan sebagainya.
b.
Biologi
Pencegahan atau
pengendalian biologis antara lain dilakukan dengan memelihara jenis ikan
pemakan jentik/larva (ikan nila, ikan guppy, dan sebagainya).
c.
fisik
Pengendalian
secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur).
Adapun yang dimaksud adalah menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat
penampungan air rumah tangga, mengubur barang-barang bekas seperti botol,
kaleng, ban, dan lain-lain untuk mencegah tergenangnya air di tempat-tempat
itu.
B.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan,
alamat, pendidikan, diagnose medik, tanggal masuk rumah sakit.
b. Keluhan
utama
c. Riwayat
keperawatan
d. Riwayat
kesehatan dahulu
e. Riwayat
kesehatan sekarang
f. Riwayat
kesehatan keluarga
g. Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat
demam dengue
2) lingkungan
rumah yang padat, apakah banyak air yang tergenang, pembuangan barang-barang
bekas dan kaleng-kaleng bekas sembarangan.
h. Pola
nutrisi / metabolic
1) Intake
menurun karena mual.
2) Apakah
adanya penurunan BB?
3) Adakah
kesulitan saat menelan?
i. Pola
eliminasi
1) Apakah
konstipasi atau diare?
2) Apakah
tinja berwarna hitam pada perdarahan hebat?
3) Apakah
produksi urin menurun?
j. Pola
aktivitas dan latihan
1) Badan
lemah, nyeri otot dan sendi
2) Tidak
bisa beraktivitas, pegal-pegal seluruh badan.
k. Pola
istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur apakah terganggu
karena demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi serta gelisah?
l. Pola
mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Adanya
perasaan cemas, takut terhadap penyakitnya
2) Apakah
ingin ditemani orang tua atau orang terdekat saat sakit
m. Pemeriksaan
fisik
1) Inspeksi
: keadaan umum dan tanda-tanda vital. Adanya penurunan kesadaran, kejang dan
kelemahan, kedalaman bernafas.
2) Palpasi
: suhu tinggi, nadi teraba cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba, kulit
dingin, lembab.
3) Perkusi
: perkusi suara paru.
4) Auskultasi
: adakah suara nafas tambahan (ronchi, wheezing), kadang terdapat batuk dan
pharingitis karena demam yang tinggi.
n. Pemeriksaan
penunjang
1) Darah
lengkap
2) Serology
: uji HI (Hemaglutination inhibition test)
a) Rontgen
thorax
b) Uji
tes tourniket
2. Diagnosa
keperawatan
a. Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus
b. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan,
muntah dan demam.
c. Nyeri
berhubungan dengan proses patologi penyakit
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak
nafsu makan.
e. Kurang
pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3. Evaluasi
a.
Tipe dokumentasi
Evaluasi Keperawatan
1) Evaluasi formatif
yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respon segera.
2) Evaluasi sumatif
merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu
3) Metode Dokumentasi
Evaluasi Keperawatan
4) Evaluasi formatif
biasanya ditulis dalam catatan perkembangan, sedangkan
5) Evaluasi sumatif
dicatat dalam catatan naratif.
b.
Prinsip Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses
keperawatan, untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan
status klien dari hasil tindakan keperawatan. Dokumentasi evaluasi merupakan
catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai.
c.
Tujuan Evaluasi
Keperawatan
1) Mengkomunikasikan
status klien dan hasilnya
2) Memberikan informasi
yang bermanfaat
3) Memberikan bukti
revisi untuk perencanaan keperawatan
4) Standar dokumentasi
untuk bagian III adalah terus mencatat pernyataan evaluasi keperawatan yang
mendefinisikan keefektifan asuhan keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar