Pengikut

Selasa, 26 Agustus 2014

DHF


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF


Di susu noleh : (IV A)
Agnes AgustinaWidiaPutri                (322970)
Aufrida Hanitya                                  (322972)
Sr. Galuh Wijayanti.                          (322985)
Gregorius Agung S.                            (322986)
Marga Pratiwi                                     (322993)
Mentary Harindira                              (323000)



Akademi Keperawatan Panti Rapih
Yogyakarta
2014

A.    Konsep Dasar Penyakit
1.     Definisi.
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypti dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
DHF adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti (Seoparman, 1996)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan sejumlah virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala umum demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu peyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2010).
Dari beberapa pegertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yag terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi.














2.     Etiologi
Virus dengue sejenis arbovirus.
Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif.
Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan saat wabah di Filiphina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitive terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 °C.
Keempat serotif tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.
Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, adapun cirri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah
a.      Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih.
b.     Hidup di dalam dan sekitar rumah.
c.      Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari.
d.     Senang hinggap pada pakaian yang bergantung di dalam kamar dan bersarang dan bertelur di genangan air jernih seperti bak mandi, tempayan vas bunga.






















3.    
DHF
 
Patofisiologi


 

Viremia
 
                                                    










 























Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan aedes aegyti dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan menurunya factor koagulasi (protrombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic.


4.     Tanda dan gejala
a.      Demam tinggi selama 5-7 hari.
b.     Mual, muntah, tidak ada nafsu maka, diare, konstipasi.
c.      Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d.     Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri.
e.      Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
f.      Sakit kepala.
g.     Pembengkakan sekitar mata.
h.     Pembesara hati, limpa dan kelenjar getah bening.
i.       Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah.

5.     Klasifikasi
DHF diklasifikasikan menjadi empat tingkat keparahan, dimana derajat III da IV dianggap DSS. Adanya trombositopenia dengan disertai hemokonsentrasi membedakan derajat I dan II DHF dari DF.
a.      Derajat I
Demam disertai dengan gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b.     Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti ptekie, hematoma dan perdarahan dari tempat lain.
c.      Derajat III
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d.     Derajat IV
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tekanan darah tak terukur dan nadi tak teraba.

6.     Pemeriksaan Diagnostik
a.      Darah lengkap
1)     Trombosit menurun
2)     HB meningkat lebih 20%
3)     HT meningkat lebih 20%
4)     Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5)      Protein darah rendah
6)     Ureum PH bisa meningkat
7)     NA dan Cl rendah
b.     Serology : uji HI (Hemaglutination inhibition test)
1)     Rontgen thorax : efusi pleura
2)     Uji tes tourniket (+)


7.     Penatalaksanaan
a.      Pemberian cairan yang cukup
Cairan yang diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah.
b.     Antipiretik
Seperti golongan asetaminofen (parasetamo), jangan berikan golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya perdarahan.
c.      Antikonvulsan
Bila penderita kejang dapat diberikan : diazepam atau fenobarbital.
d.     Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
e.      Tirah baring
f.       Pemberian makanan lunak.
g.     Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, RR).
h.     Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i.       Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
j.       Periksa HB, HT dan trombosit setiap hari.
k.     Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil negatif bisa saja muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif memiliki nilai diagnostik bila disertai dengan gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah. Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder.
dengue tabel




8.     Komplikasi
a.      Perdarahan luas
b.     Syok hipovolemik
c.      Pleural Effusion
d.     Penurunan kesadaran





9.   Cara mencegah penyakit DHF
Pencegahan penyakit DHF dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSM) yang dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.            Kimia
Pengendalian secara kimia antara lain dilakukan dengan dua teknik

    1) Pengasapan/fogging (menggunakan malatyon dan fenthion) yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu.
2) Abathisasi atau pemberian bubuk abate pada tempat –  tempat penampungan air seperti :tempayan, ember, vas bunga, kolam dan sebagainya.

b.            Biologi
          Pencegahan atau pengendalian biologis antara lain dilakukan dengan memelihara jenis ikan pemakan jentik/larva (ikan nila, ikan guppy, dan sebagainya).

c.            fisik
Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur). Adapun yang dimaksud adalah menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga, mengubur barang-barang bekas seperti botol, kaleng, ban, dan lain-lain untuk mencegah tergenangnya air di tempat-tempat itu.
B.    Konsep Asuhan Keperawatan
1.     Pengkajian
a.      Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, alamat, pendidikan, diagnose medik, tanggal masuk rumah sakit.
b.     Keluhan utama
c.      Riwayat keperawatan
d.     Riwayat kesehatan dahulu
e.      Riwayat kesehatan sekarang
f.      Riwayat kesehatan keluarga
g.     Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1)     Riwayat demam dengue
2)     lingkungan rumah yang padat, apakah banyak air yang tergenang, pembuangan barang-barang bekas dan kaleng-kaleng bekas sembarangan.
h.     Pola nutrisi / metabolic
1)     Intake menurun karena mual.
2)     Apakah adanya penurunan BB?
3)     Adakah kesulitan saat menelan?
i.       Pola eliminasi
1)     Apakah konstipasi atau diare?
2)     Apakah tinja berwarna hitam pada perdarahan hebat?
3)     Apakah produksi urin menurun?
j.       Pola aktivitas dan latihan
1)     Badan lemah, nyeri otot dan sendi
2)     Tidak bisa beraktivitas, pegal-pegal seluruh badan.
k.     Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur apakah terganggu karena demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi serta gelisah?
l.       Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1)     Adanya perasaan cemas, takut terhadap penyakitnya
2)     Apakah ingin ditemani orang tua atau orang terdekat saat sakit
m.   Pemeriksaan fisik
1)     Inspeksi : keadaan umum dan tanda-tanda vital. Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan, kedalaman bernafas.
2)     Palpasi : suhu tinggi, nadi teraba cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba, kulit dingin, lembab.
3)     Perkusi : perkusi suara paru.
4)     Auskultasi : adakah suara nafas tambahan (ronchi, wheezing), kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yang tinggi.
n.     Pemeriksaan penunjang
1)     Darah lengkap
2)     Serology : uji HI (Hemaglutination inhibition test)
a)     Rontgen thorax
b)     Uji tes tourniket

2.     Diagnosa keperawatan
a.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
b.     Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
c.      Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit
d.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak nafsu makan.
e.      Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.






















3.  Evaluasi
a.     Tipe dokumentasi Evaluasi Keperawatan
1)     Evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.
2)     Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu
3)     Metode Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
4)     Evaluasi formatif biasanya ditulis dalam catatan perkembangan, sedangkan
5)     Evaluasi sumatif dicatat dalam catatan naratif.

b.     Prinsip Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status klien dari hasil tindakan keperawatan. Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai.

c.      Tujuan Evaluasi Keperawatan
1)     Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya
2)     Memberikan informasi yang bermanfaat
3)     Memberikan bukti revisi untuk perencanaan keperawatan
4)     Standar dokumentasi untuk bagian III adalah terus mencatat pernyataan evaluasi keperawatan yang mendefinisikan keefektifan asuhan keperawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar